Tiga Indikator Ikan Sakit

Adanya serangan panyakit pada ikan memang sulit dideteksi, karena ikan bersifat aktif bergerak, populasi ikan yang dipelihara cukup banyak, kadang kala air kolam kurang jernih, atau penyebab serangannya tidak terlihat. Sering kali serangan penyakit baru diketahui setelah sebagian besar ikan sudah terserang atau terjadi kematian massal.

Ikan sakit
Serpae tetra yang terserang white spot atau penyakit bintik putih

Untuk mencegah kerugian yang lebih besar, sebaiknya serangan penyakit pada ikan dideteksi sedini mungkin. Salah satu cara tepat untuk mendeteksi adanya serangan penyakit adalah memperhatikan tanda-tanda ikan sakit. Indikator ikan terserang penyakit dapat diketahui5 berdasarkan kondisi media budidaya dan tingkah lakunya.

Kondisi Media Budidaya

Perubahan kondisi media budidaya dapat menjadi indikator adanya serangan penyakit tertentu. Hal ini berkaitan dengan kondisi fisik, kimiawi, dan biologis air. Perubahan fisik media budidaya dapat terjadi karena berubahnya suhu, derajat keasaman (pH), kesadahan, kandungan oksigen, atau kekeruhan air. Perubahan fisik dapat berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap serangan penyakit pada ikan peliharaan. Ikan yang terlihat melompat-lompat hendak keluar dari permukaan air merupakan indikator terjadinya peningkatan suhu air, sehingga ikan menjadi tidak betah. Apabila ikan terlihat berkumpul di permukaan air, terutama pada dini hari. Dapat diduga kandungan oksigen di dalam air berkurang sehingga ikan sulit bernapas. Contoh lain, apabila bagian insang banyak dijumpai lumpur maka dapat dipastikan bahwa tingkat kekeruhan media budidaya terlalu tinggi.

Meningkatnya kandungan amonia, gas beracun, dan limbah kimiawi merupakan komponen yang dapat menyebabkan perubahan kimiawi media budidaya. Terjadinya kematian massal ikan peliharaan menjadi Indikator utama perubahan kimia media budidaya yang disebabkan oleh meningkatnya amonia. Peristiwa ini sering terjadi pada ikan yang dipelihara dalam jaring apung, seperti di Waduk Saguling dan Ciratan media budidaya merupakan indikator perubahan warna perubahan biologis. Media budidaya yang ditumbuhi plankton akan berwarna spesifik sesuai jenis planktonnya. Kolam yang baik banyak bitumbuhi plankton berwarna hijau, sehingga air kolam berwarna kehijauan. Sebagian besar plankton tersebut merupakan pakan alami ikan. Terjadinya perubahan warna air menunjukan sedang berlangsung perubahan jenis atau plankton yang mendominasi media budidaya, sehingga dapat digunakan sebagai indikator yang perlu diperhatikan.

Perubahan warna air dapat disebabkan populasi plankton hijau mengalami kematian dan digantikan oleh planton jenis lain yang memiliki warna berbeda. Kematian plankton dapat disebabkan pertumbuhan yang luar biasa dari plankton tersebut sehingga menimbulkan efek peneduhan. Kematian plankton juga dapat terjadi karena kalah bersaing dengan plankton lain atau perubahan cuaca.

Efek peneduhan terjadi apabila pertumbuhan plankton sangat luar biasa sehingga membentuk lapisan tebal di permukaan air. Adanya lapisan tebal tersebut, cahaya matahari tidak dapat menembus perairan. Akibatnya plankton dan tanaman air yang tumbuh di lapisan lebih dalam kurang mendapatkan cahaya matahari sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis dan akhirnya mati.

Kematian plankton secara massal menyebabkan ikan kehilangan pakan alami, terutama bagi ikan yang berukuran kecil atau ikan pemakan plankton. Kematian plankton dalam jumlah besar, menyebabkan plankton yang mengendap di dasar kolam akan mengalami proses pembusukan. Proses ini melibatkan mikroba dan membutuhkan oksigen dalam jumlah besar yang diambil dari lingkungan sekelilingnya. Kondisi ini dapat menyebabkan ikan peliharaan mengalami kekurangan oksigen. Selain itu, proses pembusukan plankton menghasilkan amonia dan hidrogen sulfida. Kedua senyawa ini memiliki efek beracun terhadap ikan.

Selain plankton, bangkai ikan, tanaman, sisa pakan, dan kotoran ikan yang terakumulasi di dasar kolam juga akan mengalami proses perombakan sehingga menghasilkan amonia dan hidrogen sulfida. Rontoknya daun dari tanaman yang tumbuh di tepi kolam atau di dalarn air, pemberian pakan secara berlebihan dan kepadatan ikan yang tinggi akan menyebabkan akumulasi bahan organik di dasar media budidaya meningkat cepat.

Tingkah Laku Ikan di Kolam

Gerakan ikan dapat menjadi indikator utama adanya serangan penyakit pada ikan, baik menjadi agresif atau sebaliknya. Apabila gerakannya agresif, kemungkinan kolam mulai tidak mendukung bagi kehidupan ikan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh peningkatan suhu atau penurunan derajat keasaman (pH) secara tiba-tiba, persaingan untuk mendapatkan pakan, atau isi kolam yang terlalu padat.

Apabila ikan cenderung melompat-lompat tidak teratur seperti ingin ke luar dari kolam, besar kemungkinan terjadi peningkatan suhu, penurunan pH, atau akumulasi senyawa beracun. Apabila terlihat ikan yang berukuran besar mengejar yang lebih kecil, ada kemungkinan karena terjadi kekurangan pakan. Bagi jenis ikan yang senang hidup menyendiri, seperti udang galah jantan, akan terlihat agresif apabila populasinya terlalu padat. Sebaliknya bagi ikan yang senang hidup bergerombol, seperti ikan mas, apabila terserang penyakit cenderung akan memisahkan diri dari kelompoknya.

Gerakan ikan yang menjadi lambat juga merupakan indikator bahwa ikan terserang penyakit. Gerakan ikan menjadi lambat dapat disebabkan karena cacat akibat lolos dari serangan predatair kekurangan oksigen, atau terserang patogen. Ikan yang lolos dari serangan predator dan mengalami luka cukup parah biasanya menjadi lambat gerakannya. Demikian pula apabila kandungan oksigen di dalam air menurun. Kondisi ini sering terjadi pada dini hari sampai pagi hari atau saat matahari sangat terik. Terjadinya penurunan konsentrasi oksigen di kolam dapat diduga apabila ikan terlihat bergerombol di permukaan air dan terlihat terengah-engah (megap-megap). Ikan yang mengalami kesulitan bernapas, kemungkinan mengalami serangan penyakit pada insang. Serangan pada gelembung renang menyebabkan ikan tidak bisa berenang lurus karena kepalanya selalu mengarah ke atas atau ke bawah, atau serangan pada organ bagian dalam, semuanya menyebabkan gerakan berenang ikan menjadi oleng dan lambat.

Tanda-tanda lainnya yang menunjukkan ikan terserang penyakit adalah adanya bercak merah, bercak putih, bisul, adanya jamur, insang terlihat pucat, dan lendirnya berkurang atau tidak merata. Apabila ikan banyak yang mati, berarti kolam mengandung racun. Ikan yang baru mati umumnya tenggelam di dasar kolam, sedangkan yang sudah lama mati cenderung mengapung di permukaan air.

Kondisi Ikan

Bagi ikan yang berwarna gelap, perubahan warna kulit menjadi pucat dan banyak lendir merupakan indikator utama bahwa ikan terserang penyakit. Perubahan warna kulit dapat disebabkan karena konsentrasi warna pigmennya berkurang, serangan jamur yang menimbulkan bercak kelabu atau putih, atau mungkin tertutup lendir. Ikan yang terserang jamur bisanya menggosok-gosokan badannya pada benda- benda di sekitarnya.

Ikan yang insangnya terserang penyakit akan sulit bernapas. Terjadinya serangan penyakit pada insang dapat diketahui karena terjadi perubahan warna insang menjadi lebih pucat, tutup insang (operculum) tidak bisa mengatup secara sempurna. Bisa juga lembaran-lembaran insang (lamella) terlihat bintik merah yang menandakan terjadi pendarahan kecil (peradangan) atau terlihat parasit yang menempel di lembaran insang.

Serangan pada organ bagian dalam dapat diketahui apabila perut ikan membesar, kadang disertai sisik yang berdiri. Sering juga mengakibatkan perut ikan mengecil disertai kotorannya berdarah, apabila terjadi radang usus. Serangan pada gelembung renang dapat menyebabkan keseimbangan ikan terganggu. Gerakan berenangnya menjadi tidak terarah karena kepalanya kadang mengarah ke atas, ke bawah, atau tidak beraturan.

Ikan yang menderita luka atau mengalami serangan patogen atau parasit dalam jumlah besar cenderung gerakannya melambat. Bila jumlah populasi ikan peliharaan terlalu padat atau pakan yang tersedia kurang memadai dapat menyebabkan sifat agresif ikan meningkat.

0 komentar

Post a Comment