Aquaculture Festival IPB 2021 menghadirkan berbagai rangkaian e-conferences dalam pelaksanannya di tahun ini, mulai dari webinar, talkshow dan workshop berskala nasional hingga international webinar yang turut mengundang pembicara expert dengan kualifikasi tinggi dalam dunia akuakultur. Rangkaian e-conferences tersebut dilaksanakan secara hybrid dan dihadiri oleh lebih dari 8.000 peserta melalui platform Zoom Meeting dan live streaming Youtube dengan peserta dari berbagai kota di Indonesia hingga mancanegara. Rangkaian Talkshow dengan tema “Ekspor Ikan Hias” dan “Bisnis Ikan Konsumsi” sukses menghadirkan narasumber yang ahli dan berpengalaman dalam bidangnya. “Pada tahun 2024, Indonesia, khususnya dalam sektor perikanan nasional ditargetkan untuk meningkatkan nilai ekspor hingga $8milyar, dan komoditas ikan hias memiliki peranan penti`ng didalamnya” ujar Machmud, SP. M.Sc selaku Direktur Pemasaran PDSPKP KKP RI dalam sambutan kegiatan Talkshow “Ekspor Ikan Hias” AQUAFEST 2021, di platform Zoom Meeting pada 5 September 2021.
Daniel Paskalis selaku owner Louis Aquamax mengungkapkan bahwa “Di masa pandemi saat ini, terjadi peningkatan permintaan ikan hias di China dan India, termasuk di Indonesia sendiri yang ditunjukkan dengan mulai menjamurnya usaha ikan hias”. Direktur Utama Minaqu yaitu Noor Achlis, SE, juga turut hadir untuk menjelaskan perkembangan produksi ikan hias di Indonesia, “Dalam memaksimalkan potensi ikan hias di Indonesia kita harus paham dalam melihat potensi mana yang harus dikembangkan dan tantangan apa yang harus segera ditangani” imbuhnya. “Di sisi lain, Singapura merupakan negara yang sukses melakukan re-ekspor ikan hias dengan sebagian besarnya berasal dari Indonesia - Hal ini perlu menjadi perhatian khusus untuk kita” tambah Daniel Paskalis.
Pada hari Sabtu 18 September 2021, Talkshow dengan tema “Bisnis Ikan Konsumsi” juga sukses diselenggarakan dan berhasil mencapai tujuannya untuk mendorong masyarakat menekuni bisnis ikan konsumsi. “Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini, Aquaculture Festival yang dilaksanakan oleh mahasiswa ini sangat sejalan untuk mengimplementasikan kebijakan saat ini yang sangat bergantung pada perikanan budidaya dan menjadi sorotan untuk kita semua. Pendapatan sejumlah 324,5 triliun diproyeksikan akan didapatkan melalui sektor perikanan budidaya, dan tentunya akan diraih melalui kerja sama yang sinergis, salah satunya dengan peran akademik dan mahasiswa” ungkap Dr. TB. Haeru R, A. Pi., M. SC. selaku Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP RI yang menjadi key note speaker pada talkshow AQUAFEST 2021.
Tujuan sustainable aquaculture akan dicapai melalui sinergi yang baik serta diiringi dengan pengembangan IPTEK, sebagaimana yang disampaikan Muhammad Fuadi, M. Si dari PT Suri Tani Pemuka JAPFA, bahwa “Peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam budidaya akan mudah didapatkan melalui teknologi dan inovasi. Sustainable aquaculture hanya akan didapatkan melalui integrasi holistic setiap komponen penting dan pendukungnya, yang berfokus kepada economic development, social responsibility, dan environmental sustainability”. Agus Purnomo Wibisono, S.Pi, M.M selaku founder IWAKE turut membagikan pengalamannya bahwa dalam melakukan bisnis budidaya ikan harus dapat mengendalikan resiko seminimal mungkin, “Semua kegiatan selalu ada resiko, namun hal itu dapat diminimalisir dengan meningkatkan skill, network, dan link, serta belajar dengan based practice di industri untuk menambah pengalaman” imbuhnya.
Webinar AQUAFEST 2021 dilaksanakan dalam tiga rangakain dengan mengangkat tema mengenai pakan alami dan budidaya udang. Pakan alami menjadi salah satu komponen yang sangat penting dalam mendukung produktivitas akuakultur. Pakan alami tersebut didapatkan dari berbagai organisme yang tersedia di alam dan umumnya memiliki kesediaan yang berlimpah. Haris Muhammad, M.Sc selaku Former Supporting Scientist, The Leibniz Institute of Freshwater Ecology and Inland Fisheries, Berlin juga mengungkapkan “Saya yakin dengan penggunaan pakan alami yang optimum ini dapat mendorong perkembangan akuakultur yang lebih baik, utamanya untuk meningkatkan produktivitas ikan di Indonesia”. “Kegiatan ini memberikan kesempatan besar bagi kita semua untuk mengetahui lebih dalam tentang apa itu artemia, khususnya dalam akuakultur, serta mengapa artemia dibutuhkan dan harus dioptimumkan dalam akuakultur” ungkap Technical Service Manager Artemia and Life Feed Test Centre Global of INVE Aquaculture, Fransesco Lenzi pada kegiatan International Webinar “Natural Feeds for Increasing The Productivity of Sustainable Aquaculture” pada hari Sabtu 4 September 2021.
Webinar dengan tema budidaya udang dilaksanakan dalam dua rangkaian, dengan mengakat topik bahasan mengenai lingkungan budidaya udang dan penyakit vibriosis pada udang. “Hasil produksi udang di Thailand sebelumnya 8 miliar sedangkan sekarang hanya tersisa 2,5 miliar. Ciri-ciri udang yang terserang AHPND yang dapat dilihat oleh mata yaitu hepato sedikit pucat, lengket bila di tekan, dan dapat dilakukan test PCR agar lebih mengetahui jenis vibrio yang menyerang” ungkap Andrew Shinn, PhD selaku Technical Support Manager INVE Aquaculture dalam Webinar dengan tema “Kupas Tuntas Strategi Penanganan Penyakit Vibriosis” pada 18 September 2021. Kegiatan ini turut mengundang pembicara ahli lainnya seperti Tinggal Hermawan S.Pi., M.Si (Direktur Kawasan dan Kesehatan KKP), Prof. Dr. Ir. Sukenda, M.Sc (Dosen FPIK IPB), Dr. Ir. Heny Budi Utari, M.Si (Kepala Divisi Free Market Techincal Service Shrimp & Lab CPP), dan Dany Yukasono (National Technical Service Manager PT. Grobest), demi mencapai tujuannya yaitu meningkatkan pemahaman pembudidaya mengenai strategi yang tepat untuk penanganan udang terhadap penyakit vibriosis.
Webinar lanjutan dengan tema budidaya udang berbasis lingkungan memiliki tujuan meningkatkan pemahaman pembudidaya mengenai cara budiaya udang pada lingkungan yang baik. Webinar ini mendatangkan beberapa pembicara baik dari Indonesia dan luar negeri. Beberapa pembicaranya adalah Rico Wisnu Wibisono, S.Pi (Chief Operating Of icer of FisTXIndonesia), Ir. Januar Toko Raharjo (Ketua IV- Bidang Budidaya, Shrimp Indonesia), Arfindee Abru(Technical Support Manager, INVE Aquaculture), dan Mohammad Ilyas Mawardi (Technical Support, Skreatting Indonesia). “New Mind Farming dapat menjadi mitigasi dampak budidaya udang dan keberlanjutan budidaya dan Closed Resirkulasi dapat menjadi penanganan dampak buangan hasil budidaya yang didasarkan padaresources yang tersedia” ungkap Rico Wisnu Wibisono selaku Kepala Operasi FisTXIndonesia. Selain itu, pengelolaan budidaya udang terutama di tambak memerlukan penggunaan probiotik. “Penggunaan probiotik pada budidaya udang secra terukur dan sesuai peruntukan sangat menunjang keberhasilan proses budidaya” ungkap Januar Toko Raharjo selaku konsultan udang dalam Webinar dengan tema “Budidaya Udang Berbasis Lingkungan” pada 25 September 2021.
Selain produksi budidaya dengan skala besar, keindahan dan kenyamanan juga menjadi bagian dari akuakultur yang ditunjukan melalui seni menata akuarium atau yang dikenal dengan Aquascape pada penggunaan air tawar dan Marinescape dengan tema air laut. “Para peminat Marinescape di Indonesia tidak hanya menjadikannya sebagai hobi tetapi juga cukup banyak yang menekuninya dan menjadikannya sebagai bisnis” ungkap Nico Susanto dan Steven Ponto selaku bagian dari Javareef dalam Workshop “Learn and Build a Beautiful Marinescape” AQUAFEST IPB 2021, di Javareef Jakarta Selatan, 19 September 2021. Steven Ponto juga manyampaikan bahwa “Tujuan dalam hal ini agar para peminat Marinescape tidak berfikir hanya sekedar hobi, tetapi bisa dijadikan sebagai pekerjaan sampingan yang menghasilkan uang. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus untuk peminat dan pebisnis”.
Bisnis Marinescape memiliki prospek yang tinggi di masa depan. Indonesia memiliki keunggulan dari sumberdaya yang tersedia, yakni kekayaan alam yang beragam termasuk coral. Potensi dan peluang ini harus dimanfaatkan dengan baik sebagai batu loncatan agar Indonesia dapat unggul dalam bidang Marinescape. Melalui berbagai rangkaian e-conferences tersebut, mahasiswa HIMAKUA IPB telah menunjukkan peran proaktifnya dalam mendukung dan mewujudkan “Sustainable Aquaculture” di Indonesia, yakni dengan melebarkan sayap kolaborasi antara akademisi, praktisi, pembudidaya, hingga komunitas dalam satu wadah yang kreatif dan inovatif.
0 komentar
Post a Comment