Kegagalan Mengawinkan Cupang

Mengawinkan ikan cupang bukan perkara yang sulit, namun juga tidak bisa dibilang mudah. Setidaknya itulah yang saya rasakan setelah mencoba mengawinkan cupang koi di rumah.

Ceritanya dimulai sejak teman saya memberi seekor cupang koi betina tak terawat miliknya pada saya. Saya senang-senang saja karena pada dasarnya saya suka merawat semua jenis ikan. Ikan cupang betina itu saya pelihara dalam toples kecil yang biasa digunakan untuk wadah makanan.

Karena kuatir dia kesepian, akhirnya saya sambangi toko ikan dan saya beli ikan cupang koi jantan sebagai teman. Tidak lupa saya beli akuarium soliter ukuran kecil sebagai wadahnya. Saya letakkan akuarium jantan di samping betina.

cupang koi
Ikan cupang koi jantan

Setelah saya pelihara sekitar 2 bulan, saya amati perut betina sudah membesar dan muncul bintik kecil di saluran kelaminnya. Saya lihat si jantan juga sering berenang-renang menghadap betina karena tertarik. Saya pikir inilah saatnya untuk mengawinkan mereka berdua. 

Ini adalah pengalaman pertama bagi saya untuk mengawinkan cupang koi. Biasanya ikan cupang hanya saya pelihara saja tidak pernah saya kawinkan, tapi kali ini saya tertarik untuk membudidayakanya.

Akhirnya saya ambil wadah plastik yang berukuran cukup besar, saya isi air, saya beri daun pisang kering, dan saya beri tanaman air mengambang. Setelah semuanya siap saya masukkan cupang jantan dan betina pada wadah tersebut.

Namun si betina masih saya pisah pada gelas plastik dalam wadah kawin itu. Karena kalau saya langsung campur takutnya nanti betina akan diserang jantan. Walaupun dipisah, jantan dan betina nampak saling tertarik satu sama lain dan berenang saling mendekat walaupun masih disekat.

Setelah satu malam, saya lihat si jantan sudah membuat banyak gelembung udara di sekitar tanaman air dalam wadah.  Adanya gelembung udara menandakan si jantan sudah siap kawin dan sedang membuat sarang untuk telurnya. Akhirnya saya ambil penyekat plastik yang memisahkan jantan dan betina agar bisa kawin.

Saya tidak mengamati bagaimana mereka kawin secara langsung, namun besok paginya sudah banyak telur berwarna putih yang saya lihat ditempelkan di bawah gelembung udara. Cupang jantan nampak sibuk menjaga telur itu, sedangkan betina selalu diusir jantan ketika mendekati telur.

Karena sudah selesai kawin akhirnya betina saya angkat dan saya pindah lagi ke wadah toples. Saya biarkan jantan merawat telurnya. Cupang jantan memang memiliki insting untuk merawat telur dan anak-anaknya yang baru menetas agar tidak diserang hewan lain.

telur cupang
Telur ikan cupang ditempelkan di gelembung udara

Setelah 3 hari, akhirnya telur-telur itu mulai menetas. Cupang-cupang kecil nampak mulai keluar dari telur namun belum bisa berenang dengan bebas. Mereka belum dapat berenang dengan baik dan masih membutuhkan perawatan dari induk jantan. Ketika anak cupang jatuh ke dasar wadah, cupang jantan akan mengambil anaknya dan mengembalikan ke permukaan air agar tidak kekurangan udara. Jantan memastikan anak-anaknya tetap berada di permukaan air agar dapat bernapas dengan baik. 

Saya tidak pernah memberi makan jantan sejak mereka kawin dan bertelur, karena dari artikel yang saya baca memberi makan jantan bisa membuat mereka terstimulasi untuk memakan anak-anaknya sendiri. Jadi mulai dari hari kawin sampai empat hari kemudian cupang jantan puasa, tidak makan apapun. Dia menjaga anaknya sambil puasa, prihatin.

Karena ingin tahu tentang perawatan anak cupang, saya cari-cari video di YouTube tentang budidaya ikan cupang. Di situ saya menemukan salah satu video budidaya cupang yang sudah ditonton jutaan kali. Peternak dalam video mengawinkan cupang namun tetap memberi makan jantan yang sedang menjaga telur dan anak-anaknya. Peternak ini memberi makan cupang jantan itu dengan jentik nyamuk yang ukurannya cukup besar. Saya lihat cupang jantan tidak memakan anak-anaknya walaupun dia diberi makan.

Saya berkesimpulan bahwa memberi makan cupang jantan yang sedang menjaga anaknya aman-aman saja.

Karena kasihan dengan cupang jantan saya, akhirnya di hari kelima saya beri makan dengan kutu air. Setelah saya beri kutu air, saya tinggal karena saya harus pergi bekerja.

Sore hari ketika saya pulang, saya langsung mengecek kondisi wadah cupang itu. Dan betapa kagetnya ketika sebagian besar anak cupang sudah tidak ada, dan beberapa terlihat mati di dasar wadah. Saya curiga si jantan sudah memakan anak-anaknya sendiri.

Hati ini sedih rasanya melihat percobaan pertama gagal, tidak menghasilkan alias zonk. Dari situ saya mulai berpikir sebenarnya apa salah saya, dimana kekurangan saya. Akhirnya saya menemukan satu kesimpulan. 

Ternyata kesalahan saya adalah memberi makan cupang jantan yang sedang menjaga anak-anaknya.

Kesalahan saya adalah memberinya makan dengan kutu air yang ukurannya kecil. Kutu air itu ukurannya hampir sama dengan anak-anaknya yang baru menetas. Jadi saya pikir mungkin dia bingung mana yang kutu air dan mana yang anaknya sehingga akhirnya memakan mereka semua. Padahal di video YouTube yang saya tonton, cupang jantan tetap diberi makan dengan jentik nyamuk. Mungkin karena jentik nyamuk ukurannya besar sangat berbeda dengan anak-anak cupang si jantan tidak memakan anaknya sendiri.

Jadi dari kejadian ini, saya menyimpulkan bahwa memberi makan induk jantan yang sedang menjaga telur dan anak-anaknya mungkin boleh-boleh saja namun perlu memilih jenis pakan yang berukuran besar. Jangan menggunakan pakan yang ukurannya kecil atau seukuran dengan anak-anak yang baru menetas.

Namun saya tidak menyerah sampai disini, saya akan mencoba mengawinkan pasangan itu lagi saat mereka sudah siap kawin lagi. Semoga di percobaan berikutnya saya sukses mengawinkan cupang.

0 komentar

Post a Comment