Saudara-saudara yang insyaAllah dirahmati Allah sudah menjadi anjuran setiap muslim untuk saling nasehat-menasehati dalam kebaikan seperti firmanNya dalam surat Al 'Asr. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini saya ingin menasehati diri sendiri pada khususnya dan pembaca semua pada umumnya untuk selalu beristighfar, memhohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa yang kita lakukan.
Saya jadi teringat sebuah kisah tentang keutamaan istighfar kepada Allah, tentang Imam Ahmad dan seorang penjual roti. Kisah ini begitu terkenal dan sering sekali diceritakan dalam banyak tausyiah, begini kisah singkatnya.
Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali) merupakan seorang ulama besar ahli hadits yang tinggal di kota Baghdad Irak. Suatu ketika beliau ingin sekali pergi ke kota Bashrah tanpa alasan yang jelas. Langsung saja beliau melaksanakan keinginnanya itu dan melakukan perjalanan jauh menuju Bashrah.
Sesampainya di Bashrah, imam Ahmad menunaikan shalat isya' berjamaah di suatu masjid. Ketika salat isya' telah selesai dan jama'ah telah pulang menuju tempat tinggalnya masing-masing, Imam Ahmad memutuskan berbaring untuk beristirahat di masjid tersebut. Tak lama beliau didekati oleh merbot masjid yang berkata "Wahai orang tua, apa yang ingkin engkau lakukan?"
"Saya ingin istirahat, saya musafir." jawab Imam Ahmad.
Namun sayangnya merbot tersebut tidak mengijinkan Imam Ahmad tidur dalam masjid "Di dalam masjid ini tidak boleh untuk tidur." Merbot tersebut berkata agak kasar karena dia belum tahu bahwa yang ada di depannya adalah seorang imam besar. Imam Ahmad memang sangat terkenal di masa itu, tapi banyak orang hanya tahu namanya tapi belum mengetahui bagaimana wajahnya.
Merbot masjid tersebut kemudian mendorong-dorong Imam Ahmad untuk keluar dari masjid dan segera mengunci pintu masjid. Ketika berada di teras masjid, Imam Ahmad kembali berbaring, namun lagi-lagi si merbot masjid datang dan berkata "Mau apa lagi engkau wahai orang tua."
"Saya mau tidur, saya musafir." Jawab Imam Ahmad lagi.
"Tidak boleh! tidur di masjid tidak boleh, tidur di teras masjid juga tidak boleh" kata merbot sambil mendorong-dorong imam ahmad keluar dari area masjid menuju jalanan.
Tak jauh dari masjid ada sebuah rumah kecil yang merupakan toko roti. Si pemilik toko roti mengetahui apa yang terjadi kemudian mempersilakan Imam Ahmad beristirahat di tokonya "Silahkan wahai orang tua, anda dapat beristirahat di toko saya walaupun kecil." Imam ahmad kemudian menerima ajakan tersebut tanpa memperkenalkan diri, beliau hanya berkata bahwa dirinya adalah seorang musafir.
Ketika sedang beristirahat di dalam toko tersebut, Imam Ahmad mengamati si pemilik toko sedang bekerja membuat roti. Dalam setiap tindakannya, pemilik toko selalu mengiringi dengan ucapan istighfar di mulutnya. Ketika dia menuang tepung dia beristighfar, ketika dia menabur garam dia beristighfar, ketika dia memecah telur dia beristighfar, terus dilakukan di setiap kegiatannya.
Hingga akhirnya imam ahmad bertanya,"Sudah berapa lama anda melakukan amalan istighfar tersebut?"
"Sudah sekitar 30 tahun saya menjual roti, dan sejak itu pula saya mengamalkan istighfat dalam setiap kegiatan saya."
Kemudian imam ahmad bertanya lagi " Apa hasil yang sudah anda peroleh dari amalan itu?"
"Allah selalu mengabulkan doa-doa saya, tidak ada hajat yang saya minta melainkan pasti Allah penuhi, kecuali satu yang belum dipenuhi." Ucap penjual roti.
"Apa yang belum Allah penuhi?"
"Saya ingin dipertemukan dengan imam Ahmad bin Hanbal"
Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir " Allahuakbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu"..
Penjual roti tersebut terkaget kemudian memuji Allah, ternyata yang di depannya adalah Imam Ahmad, orang yang sangat ingin ditemuinya.
Kisah ini akan saya akhiri dengan sebuah hadits dari Rosulullah SAW sebagai berikut.
“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir).
0 komentar
Post a Comment