Sebagai pendamping PKH saya bertugas mendampingi warga-warga di daerah Kalikajar Wonosobo untuk memperoleh hak-haknya sebagai peserta PKH. Oleh karena tugas itu, saya sering berkendara kesana-kemari menggunakan motor kesayangan saya si "Michael" yang telah setia menemani saya bertahun-tahun. Saya sering mengunjungi warga-warga di sekitar lereng gunung Sumbing yang daerahnya hampir selalu berkabut menjelang sore hari.
Saya sering menemui hal-hal unik ketika berkunjung ke Desa lereng Sumbing itu. Pernah suatu ketika sehabis hujan saya ingin menuju ke sana, dan ternyata jalan tanah yang biasa saya lewati telah berubah menjadi kolam lumpur yang licin. Dengan terpaksa dan berat hati tetap saya lanjutkan perjalanan walaupun dengan perasaan was-was takut jatuh. Pernah juga saya tidak bisa melanjutkan perjalanan karena ada pohon tumbang yang melintang di tengah jalan karena tertiup angin.
Beberapa waktu yang lalu saya menemukan hal unik lain yang cukup langka. Ketika itu hujan gerimis di sore hari, dan saya baru selesai bertugas di Desa lereng Sumbing tersebut. Ketika saya melewati daerah perbukitan yang kanan kirinya dipenuhi ladang sayur bawang daun, saya melihat hewan yang begitu lucu. Nampak di kejauhan seekor burung cica koreng jawa (Megalurus palustris) yang melompat-lompat manja di tanah.
Cica koreng jawa |
Saya berhenti sejenak untuk melihat lebih jelas mengapa burung itu melompat-lompat dengan manjanya. Mengapa saya sebut manja, karena burung ini tidak melompat sebagaimana burung-burung normal, cica koreng ini melompat-lompat pendek, menoleh ke kanan dan ke kiri, berhenti, melompat lagi, menoleh lagi, lucu dan terlihat manja menurut saya hahaha. Setelah saya lihat lebih teliti, ternyata burung tersebut bertingkah aneh karena bulu-bulunya basah terkena gerimis kecil yang sedang turun.
Umumnya ketika ada orang di dekatnya, burung cica koreng jawa akan segera terbang menjauh karena termasuk burung yang pemalu. Namun saat itu, "dia" tidak bisa terbang dan hanya bisa melompat-lompat ketika saya ada di dekanya. Bulunya yang basah, membuat kepakan sayapnya tak mampu menangkat tubuhnya dari permukaan tanah.
Sebenarnya saya cukup kaget juga melihat burung yang dalam bahasa inggris disebut dengan Striated grassbird ini. Karena setelah hampir 1 tahun saya melewati jalur ini, baru pertama kali saya bertemu dengan jenis ini. Bahkan sebelumnya saya belum pernah mendengar suara cica koreng jawa yang bernyanyi di sekitar wilayah tersebut. Dan perjumpaan pertama dengannya di tempat ini, si dia muncul dengan tingkah yang aneh.
Si dia melompat manja di tanah kemudian meloncat-loncat untuk mendaki tanggul ladang, berhenti sejenak dan akhirnya menghilang di rerimbunan semak hingga saya tak melihatnya lagi.
Saya pertama kali menjumpai cica koreng jawa di kebun teh Medini di gunung Ungaran. Di sana burung tersebut cukup umum dan dapat dijumpai dengan mudah. Suaranya nyaring dan akan terdengar sejak pagi menyingsing hingga sore hari datang. Jadi saya sudah hapal sekali dengan suaranya dan ciri khas si burung coklat bergaris ini.
Burung ini memiliki ukuran sekitar 26 cm dengan tubuh dominan coklat. Dia memiliki alis yang berwarna terang dan ekornya cukup panjang dan menajam. Tubuhnya bercoret-coret kehitaman dari dada, punggung, dan penutup sayap. Paruh atas berwarna hitam sedangkan paruh bawah berwarna merah jambu, dan kakinya-pun berwarna merah jambu.
Perjumpaan yang cukup aneh dengan si burung yang kebasahan itu membuat saya senyum-senyum sendiri dan membuat perjalanan saya kali ini cukup berkesan. Ternyata ada cica koreng jawa di wilayah tersebut, walaupun saya belum pernah mendengarnya bernyanyi sebelumnya, mungkin karena jumlahnya sangat terbatas.
0 komentar
Post a Comment