Beberapa hari terakhir ini ada kejadian menarik yang terjadi
di kebun rumah saya. Kebun tersebut terletak di belakang rumah, lahan tidak
seberapa luas yang kami tanami dengan pohon buah-buahan seperti jambu, belimbing,
pisang, dan pepaya. Pohon pisang saya sudah dewasa dan sedang berbunga dengan
tandan dan jantung pisang yang besar. Yang menarik di dasar tandan bunga itu,
saya melihat rerumputan yang disusun membentuk sarang burung. Ada burung bondol
jawa (Lonchura leucogastroides) yang
sedang membangun sarang di sana.
Burung bondol jawa atau yang lebih dikenal dengan emprit ini
begitu gigih membuat sarang. Dia bolak-baik kesana kemari mencari bahan untuk
sarangnya. Ketika saya perhatikan, kadang dia membawa pulang rumput
kering, kadang potongan plastik kecil, dan juga serabut pelepah batang pisang.
Bahan-bahan itu dia susun sedemikian rupa hingga membentuk sarang yang
berbentuk kantong kecil dengan lubang di bagian atas.
Bondol jawa membawa rumput untuk membangun sarang sarang |
Suatu ketika, saya lihat burung ini sedang hinggap miring pada batang pisang dengan mematuk-matuk pelepahnya. Pelepah yang liat membuat si bondol kadang kesulitan untuk mendapatkan serabut itu. Hal pertama yang dilakukan bondol adalah mematuk bagian yang cukup rapuh dan menariknya dengan hentakan kepalanya. Seringkali hentakan kepalanya kurang kuat sehingga tidak berhasil merobeknya.
Apabila dia mematuk pada bagian yang tepat, serabut tersebut akan robek. Tapi masalah belum selesai sampai di situ, dia harus memotong secara melintang serabut tersebut supaya tidak terlalu panjang. Ini seperti ketika kita memotong tali rafia untuk keperluan tertentu. Bagi kita memotong rafia tidaklah sulit, kita tinggal mengambil gunting atau pisau. Namun bagi si kecil bondol, memotong pelepah pisang tidaklah semudah itu.
Dia akan mematuk bagian yang akan dipotong dan menghentak-hentakkan kepalanya beberapa kali agar serabut tersebut terpotong. Sungguh sulit saya rasa, karena ketika saya coba dengan tangan saya untuk memotong serabut tersebut, ternyata cukup liat juga. Si bondol hampir-hampir harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk memutuskan serabut yang menjadi incarannya. Ketika berhasil, dia akan terbang ke sarang dan mulai menyusun serabut itu pada tempatnya. Dia menyusun serabut tersebut dengan menyelip-nyelipkannya di sela-sela serabut yang telah diperoleh sebelumnya.
Dalam hati, saya tertawa sekaligus kagum dengan kegigihan bondol kecil dalam membuat sarangnya. Untuk menyayat pelepah pisang saja sulit, apalagi untuk memotongnya, setelah terpotong dia masih harus menyusunnya agar dapat mejadi sarang yang nyaman. Setelah itu, dia masih harus mengulangi aktivitas yang sama berulang-ulang berulang-ulang hingga sarangnya selesai. Hebat saya pikir, kita dapat mengambil pelajaran dari kegigihan si kecil bondol jawa yang tidak menyerah untuk mengapai tujuannya.
Bondol jawa bukanlah burung yang dilindungi karena jumlahnya yang masih sangat banyak di alam. Dalam bahasa inggris dia disebut dengan nama Javan munia. Dia memiliki tubuh berwarna coklat dengan wajah dan leher kehitaman, ciri utama dari bondol ini adalah bagian perutnya yang berwarna putih. Dia memiliki paruh pendek dan tebal yang sesuai untuk mencari makan berupa biji-bijian kecil seperti padi, jewawut, jagung jali, dan biji rumput. Walaupun tubuhnya kecil, dia ternyata punya semangat yang besar, bagaimana dengan kita?
0 komentar
Post a Comment