Manusia menghirup udara untuk memperoleh O2
(oksigen) dan menghembuskan udara pernapasan untuk melepaskan CO2 ke
luar tubuh. O2 diperlukan dalam proses metabolisme untuk
menghasilkan energi, sedangkan CO2 dihasilkan dari proses metabolisme
itu sendiri. Darah merupakan perantara yang menjadi agen dalam pertukaran O2
dan CO2 dalam paru-paru dan jaringan tubuh. Dalam hubungannya dengan
pertukaran O2 dan CO2, kita akan fokus pada dua bagian
darah, yaitu eritrosit (sel darah merah) dan plasma darah.
Eritrosit memiliki peran khusus dalam pengangkutan O2
karena memiliki hemoglobin di dalamnya. Hemoglobin merupakan suatu protein yang
tersusun atas empat subunit polipeptida. Pada masing-masing subunit terdapat
kofaktor yang disebut heme yang di dalamnya mengandung atom Fe (besi). Setiap
atom besi dapat berikatan dengan molekul O2, jadi satu molekul
hemoglobin dapat mengikat 4 molekul O2.
Paru-paru merupakan organ pernapasan yang menjadi tempat
singgah O2 sebelum diikat oleh hemoglobin. Alveolus paru-paru
merupakan bagian dimana terjadi pengikatan O2 oleh eritrosit.
Jaringan eritrosit tersusun atas sel-sel epitel pipih selapis yang memungkinkan
terjadinya transportasi zat dengan mudah. Di sekitar alveolus terdapat banyak
pembuluh kapiler yang menjadi tempat lewatnya darah.
Ketika eritrosit sampai di alveolus, oksigen yang berada di
jaringan alveolus akan berpindah ke dalam eritrosit dan ditangkap oleh
hemoglobin. Satu sel eritrosit dapat mengikat sekitar 1 juta molekul O2.
Oksigen tersebut akan dibawa menuju seluruh jaringan tubuh yang membutuhkan. O2
dapat berpindah dari alveolus menuju eritrosit karena adanya perbedaan PO2
(tekanan oksigen) di kedua tempat. Eritrosit yang miskin O2 memiliki
PO2 yang lebih rendah, akibatnya O2 berpindah dari
alveolus menuju eritrosit.
Di jaringan tubuh, O2 akan dilepaskan karena
jaringan tubuh memiliki PO2 yang lebih rendah dibandingkan dengan eritrosit.
O2 yang dilepaskan kemudian akan diguanakan sebagai penerima
elektron terakhir dalam reaksi transport lektron untuk menghasilkan ATP
(molekul pembawa energi). Tanpa adanya O2, energi yang dihasilkan
akan lebih sedikit dan terbentuk asam laktat yang menyebabkan munculnya rasa
lelah di otot.
Eritrosit yang telah melepaskan O2, kemudian akan
menangkap CO2 yang berasal dari jaringan tubuh. Sekitar 90% CO2
akan berdifusi menuju eritrosit, dan sisanya akan larut dalam plasma darah. CO2
yang masuk eritrosit seebagian akan diikat oleh hemoglobin, sedangkan
kebanyakan akan bereaksi dengan air membentuk H2CO3 (asam
karbonat). Reaksi antara CO2 dengan air tersebut dibantu oleh enzim
karbonat anhidrase yang terdapaat dalam plasma eritroosit.
H2CO3 kemudian akan terdisosiasi
menjadi HCO3- dan H+. Kebanyakan H+ akan
ditangkap oleh hemoglobin untuk menghindari peningkatan pH di dalam darah, sedangkan
HCO3- akan terdifusi keluar dari eritrosit menuju plasma darah. Sebagian
H+ yang tidak ditangkap hemoglobin akan membuat suasana darah menjadi
lebih asam karena adanya peningkatan konsentrasi H+ pada darah.
Ketika darah sampai di alveolus
paru-paru, HCO3- akan masuk eritrosit lagi dan berikatan
dengan H+ membantuk H2CO3 kembali. H2CO3
kemudian akan dipecah menjad molekul penyusunnya (CO2 dan H2O)
dan CO2 akan dilepaskan dari eritrosit menuju alveolus paru-paru.
Kondisi plasma darah yang asam ketika kaya CO2
akan mempengaruhi medulla oblongata (bagian otak) untuk meningkatkan laju
pernapasan sehingga proses pertukaran CO2 dengan O2
berjalan lebih cepat. Kadar oksigen di atmosfer yang rendah juga akan
mempengaruhi tubuh untuk meningkatkan laju pernapasan untuk mencukupi kebutuhan
jaringan akan O2.
0 komentar
Post a Comment