Persilangan pada individu akan mengikuti aturan seperti yang
dijelaskan dalam hukum mendel. Persilangan monohibrid (satu sifat beda) akan
menghasilkan perbandingan fenotip F2 = 3 : 1. Sedangkan persilangan dihibrid
(dua sifat beda) akan menghasilkan perbandingan fenotip F2 = 9 : 3 : 3 : 1.
Namun tidak selamanya perbandingan tersebut berlaku, karena terdapat beberapa
penyimpangan yang terjadi pada beberapa organisme. Penyimpangan tersebut
disebabkan oleh gen-gen yang memiliki sifat unik sehingga memiliki pola
penurunan yang berbeda. Penyimpangan tersebut selanjutnya disebut sebagai
penyimpangan semu hukum mendel.
Kenapa disebut penyimpangan semu? Disebut semu karena
sebenarnya hukum mendel masih berlaku dalam pola pewarisan tersebut, hanya
terdapat sedikit kelainan akibat sifat gen-gen yang unik. Penyimpangan semu
hukum mendel dapat diamati pada kasus interaksi gen, kriptomeri, polimeri,
epistasis-hipostasis, gen komplementer, atavisme, dan gen dominan rangkap.
Interaksi beberapa pasang gen
Kasus ini terjadi pada jengger/pial ayam dengan bentuk yang
berbeda-beda, yaitu rose, pea, walnut, dan single. Perbedaan jengger ini
disebabkan oleh dua pasang gen yang saling berinteraksi satu sama lain
membentuk sifat yang berbeda.
- Jengger rose memiliki genotip RRpp/Rrpp
- Jengger pea memiliki genotip rrPP/rrPp
- Jengger walnut memiliki genotip RrPp/RRPP/RrPP/RRPp
- Jengger single atau tunggal memiliki genotip rrpp
Pada kejadian dihibrid normal (sesuai hukum mendel) satu gen
akan mempengaruhi satu fenotip. Namun pada kasus ini, dua gen saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam membentuk satu fenotip yaitu jengger
ayam.
Perhatikanlah bagan persilangan di bawah ini.
Ayam berjengger rose (RRpp) disilangkan dengan ayam
berjengger pea (ppRR), seluruh keturunan F1 nya memiliki jengger tipe walnut.
Ketika F1 disilangkan dengan sesamanya diperoleh keturunan F2 yang memiliki
jengger walnut, rose, pea, dan single. Perbandingan fenotip antara walnut,
rose, pea, dan single pada F2 adalah = 9 : 3 : 3 : 1.
Perbandingan fenotip yang muncul memang sesuai dengan
persilangan dihibrid normal. Namun bila dperhatikan di kasus ini, sifat resesif
dari kedua gen akan memunculkan sifat baru yang berbeda dengan induk-induknya.
Kriptomeri
Kriptomeri berasal dari kata kriptos yang artinya tersembunyi.
Dalam kasus ini sifat gen dominan akan tersembunyi apabila berdiri sendiri dan
akan tampak pengaruhnya apabila muncul bersama-sama gen dominan lain. Sifat ini
pertama kali ditemukan dalam persilangan antara bunga Linaria marocanna warna merah dengan bunga warna putih.
Linnaria warna
merah memiliki genotip AAbb/Aabb, sedangkan Linnaria warna putih memiliki
genotip aaBB/aaBb. Gen A akan mempengaruhi sel untuk mengasilkan pigmen
antosianin (berwarna merah) dan bersifat dominan terhadap a yang tidak
menghasilkan antosianin. Gen B akan mempengaruhi sel untuk menghasilkan suasana
basa dan bersifat dominan terhadap gen b yang menghasilkan suasana asam.
Bunga merah dihasilkan apabila pigmen antosianin dihasilkan
dan sel dalam suasana asam.
Bunga putih dihasilkan apabila pigmen antosianin tidak
dihasilkan, tidak perduli apapun suasana dalam sel.
Bunga ungu dihasilkan apabila pigmen antosianin dihasilkan
dan sel dalam suasana basa.
Jadi apabila terdapat gen dominan A namun disertai dengan
gen resesif b akan menghasilkan bunga merah. Apabila gen resesif a bertemu
dengan dominan B atau resesif b akan menghasilkan bunga putih. Dan apabila gen
dominan A bertemu dengan gen dominan B akan menghasilkan bunga warna ungu.
Perhatikan bagan di bawah ini
Bunga warna ungu dihasilkan oleh pengaruh gen A dan B yang
muncul bersama-sama. Apabila hanya salah satu gen dominan saja yang muncul maka
tidak akan menghasilkan warna ungu pada bunga Linnaria. Perbandingan fenotip F2 pada persilangan bunga merah AAbb
dan bunga putih aaBB ini adalah = bunga ungu : bunga merah : bunga putih = 9 :
4 : 3.
Polimeri
Polimeri merupakan peristiwa dimana beberapa gen yang
berdiri sendiri mempengaruhi bagian yang sama dalam tubuh organisme. Kasus ini
pertama kali diamati pada biji gandum yang memiliki warna merah yang beragam.
- Gandum berbiji merah sempurna memiliki genotip M1M1M2M2
- Gandum berbiji putih memiiki genotip m1m1m2m2
M1 dominan terhadap m1, dan M2 dominan terhadap m2. Gen M
mempengaruhi warna merah pada biji gandum. Semakin banyak gen M dalam genotip
(baik itu M1 atau M2), akan membuat biji gandum berwarna semakin merah.
Perhatikanlah bagan persilangan di bawah ini.
Perbandingan fenotip F2 dari persilangan gandum berbiji
merah M1M1M2M2 dan gandum berbiji putih m1m1m2m2 akan menghasilkan = ganum
berbiji merah : gandum berbiji putih = 15 : 1.
Peristiwa polimeri pada manusia terjadi pada pebedaan warna
kulit yang di pengaruhi oleh gen dominan P. Semakin banyak gen dominan P pada
genotip individu, akan menyebabkan warna kulitnya semakin gelap. Orang negro
memiliki gen dominan P paling banyak, sedangkan orang-orang kulit putih tidak
memiliki atau hanya memiliki sedikit gen P.
Epistasis dan hipostasis
Epistasis adalah gen yang menutupi aktivitas gen lain yang
bukan sealel. Sedangkan gen yang tertutupi tersebut dinamakan hipostasis.
Epistasis dapat dibedakan menjadi epistasis dominan, epistasis resesif, dan
epistasis dominan resesif.
Epistasis dominan
Epistasis dominan adalah gen dominan yang menutupi pengaruh
gen lain yang bukan satu alel. Misalnya terdapat pada warna umbi lapis bawah
merah. Gen A akan membuat umbi bawang berwarna merah, sedangkan gen B akan
membuat umbi bawang berwarna kuning.
- Genotip AAbb menjadikan umbi berwarna merah.
- Genotip aaBB menjadikan umbi berwarna kuning.
Sedangkan genotip AABB akan menyebabkan umbi berwarna merah,
hal ini diakibatkan gen A yang menutupi pengaruh gen B sehingga yang muncul
adalah warna merah. Gen A epistasis terhadap gen B, sedangkan gen B hipostasis
terhadap gen A. Persilangan bawang berumbi merah AAbb dengan bawang berumbi
kuning aaBB menghasilkan perbandingan fenotip F2 = merah : kuning : putih = 12
: 3 : 1.
Epistasis resesif
Epistasis resesif adalah gen resesif yang menutupi pengaruh
gen dominan dan resesif lain yang bukan sealel. Gen resesif ini dapat menutupi
pengaruh gen lain apabila hadir dalam keadaan homozigot.
Contoh peristiwa ini adalah warna bulu anjing yang
dipengaruhi oleh 2 macam gen. Gen B menyebabkan munculnya warna hitam,
sedangkan gen b menyebabkan munculnya warna coklat. Sedangkan gen E akan memicu
keluarnya warna, dan gen e akan menghambat keluarnya warna. Apabila terdapat
genotip dengan gen e homozigot (ee) maka warna hitam dan coklat tidak akan
muncul karena semua sifat tersebut tertutup, sehingga yang muncul adalah warna
emas. Gen ee epistasis terhadap gen B dan b. Persilangan anjing berbulu emas dengan anjing berbulu hitam
akan menghasilkan perbandingan fenotip F2 = hitam : emas : coklat = 9 : 4 : 3.
Epistasis dominan resesif
Epistasis dominan-resesif merupakan peristiwa gen dominan
yang akan menutupi pengaruh gen lain, serta adanya gen resesif homozigot yang
dapat menutupi pengaruh gen dominan tadi. Misalnya adalah pada warna mata lalat
buah.
Gen P akan menyebabkan lalat bermata merah, sedangkan gen p
akan menyebabkan mata berwarna ungu. Sedangkan gen S merupakan gen yang pemicu
munculnya warna tersebut, sedangkan gen s merupakan gen penghambat munculnya
warna mata. Adanya gen P akan menutupi pengaruh dari gen S dan s. Namun
sebaliknya adanya gen s dalam keadaan homozigot (ss) akan menutupi pengaruh
dari gen P dan p. Gen P epistasis terhadap gen S dan s, namun pasangan gen ss
epistasis terhadap P dan p.
Perbandingan fenotip F2 pada persilangan lalat bermata merah
(PPss) dengan lalat bermata ungu (ppSS) adalah = warna merah : warna ungu = 13
: 3.
Gen-gen komplementer
Gen komplementer merupakan gen-gen yang saling melengkapi
dalam memunculkan suatu sifat tertentu. Misalnya saja gen B dan gen T yang
menyebabkan seseorang tidak bersifat bisu tuli (normal). Apabila gen dominan B
muncul sendiri tidak disertai gen T maka akan memunculkan sifat bisu tuli.
Demikian juga sebaliknya, apabila gen dominan T muncul sendiri tidak disertai
gen B maka akan memunculkan bisu tuli.
Perhatikanlah bagan persilangan di bawah ini.
Persilangan dua orang bisu tuli dengan genotip BBtt dan bbTT
akan menghasilkan anak yang normal. Apabila anak tersebut kawin dengan
sesamanya maka perbandingan fenotip pada F2 adalah = normal : bisu tuli = 9 : 7.
Atavisme
Atavisme merupakan suatu sifat yang muncul kembali setelah
hilang dalam keturunan sebelumnya. Kasus atavisme terjadi pada jengger ayam
pada pembahasan interaksi gen di atas. Ayam dengan jengger rose dan pea yang
disilangkan akan menghasilkan keturunan walnut, ketika keturunan tersebut
dikawinkan sesamanya maka akan memunculkan kembali sifat rose dan pea. Sifat
rose dan pea yang sempat hilang pada F1 akhirnya muncul kembali di F2, hal
inilah yang disebut dengan atavisme.
Gen dominan ganda
Gen dominan ganda adalah beberapa gen yang mempengaruhi
sifat yang sama pada suatu organisme. Misalnya adalah gen A dan B yang
sama-sama mempengaruhi tumbuhan Bursa sp.
untuk menghasilkan bunga dengan bentuk segitiga. Apabila gen A muncul sendiri
akan terbentuk bunga segitiga, demikian juga apabila gen B muncul sendirian.
Dan apabila gen A dan B muncul bersama, juga akan mempengaruhi tumbuhan
tersebut menghasilkan bunga berbentuk segitiga. Persilangan bunga segitiga
(AABB) dan bunga oval (aabb) akan menghasilkan perbandingan fenotip F2 = bunga
segitiga : bunga oval = 15 : 1.
Ijin share sbg literasi belajar
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletebener-bener mudah dimengerti terimakasih
ReplyDelete