Lobster Red Claw

lobster red claw

Lobster red claw (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu jenis lobster air tawar yang banyak dikembangbiakkan di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Lobster ini menjadi komoditi yang menjanjikan karena memiliki harga jual yang mahal dan dikenal sebagai bahan untuk seafood kelas atas. Harganya menjadi mahal karena keluarga udang ini memiliki citarasa yang lezat dan belum banyak dikembangkan secara besar-besaran.


Lobster ini diberi nama red claw karena memiliki ciri khusus dimana pada bagian capitnya terdapat bercak merah. Baik jantan maupun betina memiliki bercak merah yang sama, namun lobster betina kadang memiliki bercak merah pada bagian dalam dari capit. Lobster ini memiliki warna tubuh kebiruan dengan sedikit garis kekuningan pada ujung pelindung tubuhnya.

Red claw berasal dari daerah utara Australia dan papua nugini, mereka merupakan penghuni sungai dan kolam-kolam yang berair tenang. Lobster ini mampu hidup pada perairan yang keruh pada habitat aslinya. Lobster red claw akan dewasa pada umur sekitar 6 bulan dan akan bertelur 200 hingga 300 butir telur dalam sekali perkawinan.

Telur red claw akan dijaga oleh induk betinanya di bawah perut hingga menetas. Telur lobster akan menetas setelah berumur 6 hingga 8 minggu. Suhu air yang lebih hangat akan mempercepat waktu penetasan telur ini. Telur akan menetas menjadi larva loster yang siap hidup sendiri tanpa pengawasan kedua induknya.

Red claw merupakan hewan omnivora, mereka akan memakan baik tumbuhan maupun hewan yang ditemukannya. Karena gerakannya yang tidak terlalu agresif, red claw tidak bisa menangkap hewan-hewan dengan gerakan cepat seperti ikan. Mereka akan memakan hewan-hewan lambat seperti cacing dan bangkai hewan di habitat aslinya. Mereka juga akan memakan lumut-lumut yang tumbuh pada bebatuan atau kayu yang tenggelam pada air. Dalam pemeliharaan, lobster red claw dapat mencapai berat 135 g dalam waktu 200 hari.

0 komentar

Post a Comment