Hud hud merupakan burung yang melegenda, namanya sekali
disebutkan dalam kisah Nabi Sulaiman di Al-Quran. Burung ini diceritakan datang
terlambat dalam pertemuannya dengan Nabi Sulaiman sehingga membuat beliau
marah. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah seperti apakah bentuk burung hud
hud ini? Apakah burung ini masih dapat kita jumpai saat ini?
Burung hud hud memang masih ada saat ini dan banyak hidup
bebas di alam, namun tidak banyak tahu bahwa burung tersebut adalah burung hud
hud yang disebutkan dalam Al-Quran. Nama hud hud berasal dari bahasa arab,
orang arab telah mangenal dan menamai burung tersebut sejak jaman dahulu kala.
Hud hud di Indonesia dikenal dengan nama hupo tunggal (Upupa epops) yang dapat kita jumpai di
hutan-hutan Sumatera dan Kalimantan. Burung ini memiliki jambul panjang di
kepalanya, warna kepala hingga punggung coklat muda, sedangkan sayap dan ekor
putih bergaris hitam. Termasuk burung yang cukup langka di Indonesia, persebaran
burung ini melputi afrika, eropa, dan asia.
Burung hupo atau dalam bahasa inggris hoopoe merupakan
burung diurnal (aktif disiang hari), mencari makan serangga-serangga kecil
seperti ulat, belalang, dan kumbang. Mereka akan bersarang di lubang-lubang
pohon bekas sarang hewan lain. Telur hupo berwarna putih bersih berukuran
kecil, hupo dewasa akan menjaga dan memberi makan anaknya hingga cukup dewasa
untuk mencari makan sendiri.
Hupo memiliki metode perlindungan diri yang unik. Mereka
akan melumuri bulu tubuhnya dengan cairan berbau busuk yang dihasilkan oleh
kelenjar yang terletak di sekitar kloaka (dubur). Saat ada pemangsa atau hewan
pengganggu, mereka juga dapat menyemprotkan cairan busuk kearah mata si
pengganggu untuk mengusirnya. Karena kekotorannya, bangsa Israel mengganggap
burung ini sebagai burung yang haram dimakan.
Suara burung ini juga tidak indah, terdengar seperti “huuf
huuf huuf” yang berulang-ulang. Karena suaranyalah burung ini akhirnya dinamai
hupo. Karena baunya yang busuk dan suaranya yang kurang indah, burung ini
jarang ditangkap manusia baik untuk dimakan maupun sebagai hewan peliharaan. Oleh
karena itu status konservasi burung ini masih LC (Least Concern), artinya belum
ada penelitian lebih lanjut karena jumlahnya masih melimpah di dunia.
0 komentar
Post a Comment