Jumlah penduduk di dunia semakin lama semakin bertambah
banyak, pertambahan jumlah penduduk harus diimbangi dengan ketersediaan bahan
makanan yang mencukupi. Ketersediaan bahan makanan dapat ditingkatkan dengan
memaksimalkan proses pertanian untuk menghasilkan hasil panen yang
lebih
maksimal. Salah satu yang menghalangi proses pertanian adalah banyaknya hama
yang menyerang lahan pertanian di seluruh dunia.
Salah satu hama yang banyak menyerang tanaman pertanian adalah
dari jenis serangga seperti ulat, larva kumbang, dan lalat buah. Serangga
tersebut dapat memakan daun, menggerogoti batang dan akar, maupun membusukkan
buah. Petani biasanya menggunakan pertisida untuk mengendalikan serangga
tersebut. Penyemprotan pestisida dapat mematikan serangga karena efek zat kimia
beracun yang dikandungnya. Zat kimia dalam pertisida memang terbukti efektif
dalam membasmi serangga, namun hal ini menimbulkan masalah baru karena zat
kimia dalam pestisida juga beracun bagi manusia dan hewan lain apabila
terakumulasi di dalam tubuh.
Penggunaan bahan pembasmi serangga yang efektif dan tidak
membahayakan organisme lain terus berkembang dalam dunia pertanian. Salah satu
penemuan yang cukup efektif untuk membasmi serangga pengganggu namun aman bagi
organisme yang lain terutama manusia adalah penggunaan bakteri Bacillus thuringiensis dalam pertanian. Penggunaan
bakteri ini telah dikenal di Amerika Serikat sejak awal tahun 1960-an. Namun di
Indonesia bakteri ini belum umum digunakan karena belum dikenal luas di
kalangan petani, terutama petani tradisional.
Bacillus thuringiensis berbentuk batang/basil |
Bacillus thuringiensis
atau biasa disingkat dengan BT merupakan bakteri yang mampu menghasilkan zat
kimia yang beracun bagi serangga. Secara alami, bakteri ini terdapat di dalam
tanah, pada serangga, maupun pada permukaan tanaman. BT yang dimakan serangga
akan mengeluarkan racun yang mematikan dalam sistem pencernaan serangga. Oleh karena
itu BT biasanya disemprotkan pada permukaan tanaman yang menjadi makanan
serangga pengganggu. Serangga yang memakan daun, bunga, atau buah yang telah
disemprot akan mati setelah beberapa waktu karena keracunan dan infeksi. Serangga
muda/immature lebih rentan terhadap serangan racun BT dibandingkan dengan serangga
dewasa.
Ulat mati setelah memakan daun mengandung BT |
Beberapa subspesies BT dikenal menghasilkan racun yang
spesifik terhadap jenis serangga tertentu. Telah dikenal BT yang menghasilkan
racun spesifik terhadap kupu-kupu, ngengat, nyamuk, lalat, dan kumbang. Hewan-hewan
lain seperti ikan, kadal, mupun burung tidak akan terpengaruh dengan racun BT. Manusia
yang memakan tanaman yang telah disemprot BT juga tidak akan mengalami gangguan
atau keracunan karena racunnya hanya berdampak pada serangga.
BT yang digunakan sebagai pembasmi serangga biasanya
merupakan hasil pembiakan secara invitro di laboratorium. Dengan medium
tertentu akan dihasilkan BT dalam jumlah banyak yang dapat digunakan untuk
menyemprot tanaman setelah diencerkan. Penggunaan BT dapat digunakan sebagai alternatif
membasmi serangga yang tidak membahayakan organisme lain, sebagai pengganti
penggunaan pestisida yang berbahaya.
terima kasih
ReplyDelete